KOHESI dan KOHERENSI
Kohesi
dan Koherensi Bahasa Indonesia
A. Pengertian Kohesi
Kohesi adalah hubungan
antarbagian dalam teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa. Menggunakan
alat kohesi pengulangan (mengulang satu kata beberapa kali). Namun, paragraf
tersebut tidak padu karena bagian-bagian paragraf itu tidak mempunyai kepaduan
hubungan maknawi.
Contoh:
Listrik mempunyai banyak kegunaan. Orang
tuaku berlangganan listrik dari PLN. Baru-bau ini tarif permainan listrik
naik 25%, sehingga banyak masyarakat yang mengeluh. Akibatnya, banyak
pelanggan listrik yang melakukan penghematan. Jumlah peralatan yang
menggunakan listrik sekarang meningkat. Alat yang banyak menyedot listrik
adalah AC atau alat penyejuk udara. Di kantor-kantor sekarang penggunaan alat
penyejuk udara itu sudah biasa saja, bukan barang mewah.
B.
Pengertian
Koherensi
Koherensi adalah kepaduan
hubungan magnawi antara bagian-bagian dalam wacana.
Contoh:
(a)Bahasa sehari-hari
merupakan bahasa yang di pakai dalam pergaulan dan percakapan sehari-hari.(b) Pada
umumnya bentuk bahasa yang dipakai sederhana dan singkat. (c) Kata-kata yang
digunakan pun tidak banyak jumlah dan ragamnya.(d) Kata-kata yang dipakai
hanyalah kata-kata yang lajim dan umum dalam pergaulan sehari-hari, misalnya
kata bilang, bikin, ngapain, ngerjain.(e) Kata itu hanya cocok dipakai dalam
percakapan. (f) Sering juga kata-kata yang di gunakan itu menyimpan dari pola
kaidah yang benar, misalnya di bikin
betul (dibetulkan), ngeliatin (melihat), belum liat (belum melihat). (g) Bahkan,
lafalnya pun sering menyimpang, misalnya malem hari (malam hari), dapet
(dapat), mas’alah (masalah).
Bagian-bagian pada wacana di atas saling mempunyai
kaitan secara maknawi, misalnya kalimat (b) merupakan penjelasan rinci kalimat
(a).
Wacana itu termasuk wacana padu, karena hampir setiap
bagian kalimat berhubungan padu secara maknawi dengan bagian lain.
Selain itu, wacana itu juga kohesi. Ada beberapa kata
yang diulang (bahasa pada kalimat a dan b dan kata-kata pada kalimat d,e dan f)
dan ada juga penggunaan penanda transisi yang menunjukan kohesi (juga) pada
kalimat f, (bahkan) pada kalimat g.
Jadi, wacana selain harus kohesi juga harus
koherensi, bahkan kepaduanlah (koherensi) yang harus diutamakan.
C.
Perangkat Kohesi
Perangkat Kohesi Menurut
Halliday dan Hassan (1976),
Unsur kohesi terdiri atas dua
macam, yaitu unsur gramatikal dan leksikal.
1. Kohesi
gramatikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan tata bahasa.
Secara lebih rinci, aspek gramatikal
wacana meliputi:
a.
Referensi
(pengacuan)
b.
Substitusi
(penggantian)
c.
Elipsis
(pelesapan)
d.
Konjungsi
(perangkaian)
a.
Referensi
(pengacuan) adalah hubungan
antara kata dengan benda.
Misalnya
kata buku yang mempunyai referensi kepada sekumpulan kertas yang dijilid untuk
menulis dan dibaca.
Halliday
dan Hassan (1979) membagi referensi menjadi dua macam, yaitu:
1)
Referensi
eksofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di luar teks wacana.
Contoh: Itu matahari, kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di
luar teks, yaitu “benda berpijar yang menerangi alam ini”.
2)
Referensi
endofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di dalam teks wacana.
Referensi endofora terbagi atas dua macam,
yaitu:
a) Referensi anaphora yaitu pengacuan
satual lingual yang disebutkan terlebih
dahulu,
mengacu yang sebelah kiri.
Contoh: Nauval hari ini tidak masuk
sekolah. Ia ikut ibunya pergi ke Surabaya. Kata ia ada kalimat kedua mengacu
Nauval pada kalimat pertama.
b) Referensi katafora yaitu pengacuan
satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu yang sebelah kanan.
Contoh: Karena kakinya sakit, Totti
tidak bisa bermain bola. Pronomina enklitik –nya pada kalimat pertama, mengacu
pada antesedan Totti pada kalimat kedua.
Baik
referensi yang bersifat anaphora maupun katafora menggunakan pronomina persona,
penunjuk, dan komparatif.
(1)
Pronomina Persona adalah pengacuan secara
berganti-ganti tergantung yang memerankannya.
Dalam
bahasa Indonesia, pronominal persona diperinci sebagai berikut. Tunggal Jamak
Persona pertama Aku, saya Kami,
kita
Persona kedua Kamu, engkau, anda
Kalian, kami sekalian
Persona ketiga Dia, ia, beliau Mereka
Contoh:
(1) Firdaus, kamu harus mandi. (referensi bersifat anaphora) (2)
Kamu sekarang harus pergi! Ayo Cici cepatlah! (referensi bersifat katafora)
(2)
Pronomina demonstrasi yaitu pengacuan satual
lingual yang dipakai untuk menunjuk. Biasanya menggunakan kata : kini, sekarang,
saat ini, di sini, di situ, ini, itu, dan sebagainya.
Contoh:
“Dengan naik ini, tiap hari saya pergi ke kampus. Sepeda motor inilah teman
setiaku dalam segala musim dan cuaca,” kata Slamet. Pronominal dekat ini pada
kalimat (1) mengacu secara katafora terhadap antesedan sepeda motor pada
kalimat (2).
(3)
Referensi komparatif yaitu deiktis yang menjadi
bandingan bagi antesedennya. Kata-kata yang termasuk kategori pronominal
komparatif antara lain: sama, persis, identik, serupa, segitu serupa, selain,
berbeda, tidak beda jauh, dan sebagaimya. Contoh: Tidak berbeda jauh dengan
ibunya, Nita orangnya cantik, ramah, dan lemah lembut.
b.
Substitusi
(Penggantian)
Penggantian
adalah penyulihan suatu unsure wacana dengan unsure yang lain yang acuannya
tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata, atau bentuk lain yang lebih besar daripada kata, seperti frasa atau
klausa (Hallidat dan Hassan, 1979: 88; Quirk, 1985: 863). Secara umum
penggantian itu dapat berupa kata ganti orang, tempat, dan sesuatu hal.
a.
Kata ganti orang merupakan kata yang dapat
menggantikan nama orang atau beberapa orang. Contoh: Slamet dan Mahda berbulan
madu ke Paris. Mereka menganggap bahwa Paris merupakan kota yang romantis.
b.
Kata ganti tempat adalah kata yang dapat
menggantikan kata yang menunjuk pada tempat tertentu. Contoh: Unlam merupakan
kampus terfavorit di Kalimantan Selatan. Di sana banyak terdapat
mahasiswa yang pintar.
c.
Dalam pemakaian bahasa Indonesia, untuk
mempersingkat suatu ujaran yang panjang yang digunakan lagi dapat dilakukan
dengan menggunakan kata ganti hal. Sesuatu yang diuraikan dengan panjang lebar
dapat digantikan dengan sebuah atau beberapa buah kata, tanpa mengurangi arti.
Contoh: Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menyatakan bahwa Pancasila adalah Dasar
Negara. Dengan demikian Pancasila merupakan nilai dasar yang normative terhadap
seluruh penyelenggaraan Negara republik Indonesia.
c.
Elipsis
(pelesapan)
Elipsis
adalah pelepasan unsure bahasa yang maknanya telah diketahui sebelumnya
berdasarkan konteks. Unsur yang dilepaskan mungkin nomina, verba, atau klausa.
Contoh:
Karena (Slamet) sakit, Slamet tidak bisa mengikuti perkuliahan.
d.
Konjungsi
(perangkaian)
Sesuai
dengan fungsinya, konjungsi dalam bahasa indonesia dapat di gunakan untuk
merangkaikan ide, baik dalam satu kalimat maupun antar kalimat. Piranti konjungsi
dalam bahasa indonesia di bedakan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai
berikut:
1. Piranti
urutan waktu Proposisi-proposisi menunjukan tahapan-tahapan seperti awal,
pelaksanaan, dan penyelesaian dapat disusun dengan menggunakan urutan waktu.
Contoh: Dinda pergi ke kampus. Setelah itu, dia pergi keperpustakaan.
2. Piranti
pilihan Untuk menyatakan dua proposisi berurutan yang menunjukan hubungan
pilihan. Contoh: Pilih aku atau dia
3. Piranti
alahan Hubungan alahan antara dua proposisi dihubungkan dengan frasa-frasa
seperti meski(pun) demikian, meski(pun) begitu, kedati(pun) demikian, kedatipun
begitu, biarpun demikian, dan biarpun begitu. Contoh: Ahyan tidak sombong.
Meskipun dia kaya.
4. Piranti
parafrase Merupakan suatu ungkapan lain yang lebih mudah dimengerti. Contoh:
Perlu juga diperhatikan bahwa sejumlah teori dan pendekatan yang ada tersebut,
bagi pembaca justru saling melengkapi. Dengan kata lain, bila tujuan pembaca
ingin memahami keseluruhan aspek dalam karya sastra, tidak mungkin mereka hanya
memiliki satu pedekatan saja.
5. Piranti
ketidakserasian Ketidakserasian itu pada umumnya ditandai dengan perbedaan
proposisi yang terkandung di dalamnya, bahkan sampai pada pertentangan. Contoh:
Aku tidak mengerti. Padahal materi itu sudah dipelajari minggu kemaren.
6. Piranti
serasian Digunakan apabila dua buah ide atau proposisi itu menunjukan hubungan
yang selaras atau sama. Contoh: Ahyan itu sangat tampan. Demikian juga dengan
kembarannya.
7. Piranti
tambahan (Aditif) Piranti ini berguna untuk menghubungkan bagian yang bersifat
menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk merangkaikan dua
proposisi atau lebih. Contoh: Mahda murah senyum. Selain itu, dia baik hati.
Tambahan lagi pandai berdandan.
8. Piranti
pertentangan Piranti ini digunakan untuk menghubungkan proposisi yang
bertentangan atau kontras dengan bagian lain. Piranti yang biasa digunakan
misalnya: (akan) tetapi, sebaliknya, namun. Contoh: di Sakadomas unlam cukup
kotor. Namun banyak orang yang berkumpul di sana.
9. Piranti
perbandingan(komparatif) Piranti perbandingan ini digunakan untuk menunjkan
adanya hubungan persamaan atau perbedaan antara bagian yang satu dengan yang
lain. Contoh: Wajah Dodi tampan. Sama halnya dengan ayahnya.
10. Piranti
sebab akibat Hubungan sebab akibat terjadi bila salah satu proposisi menunjukan
penyebab terjadinya suatu kondisi tertentu yang merupakan akibat, atau
sebaliknya. Contoh: memahami wacana sangat susah. Oleh karena itu, Herma
belajar siang malam.
11. Piranti
harapan Hubungan optatif terjadi apabila ada ide yang mengandung suatu harapan
atau doa. Contoh: mudah-mudahan Herma cepat datang.
12. Piranti
ringkasan dan simpulan Piranti ini berguna untuk mengantarkan ringkasan dari
bagian yang berisi uraian. Contoh: Hukum tidak memandang kaya atau miskin, pria
atau wanita, tua atau muda. Jadi, hukum berlaku untuk siapapun, kapanpun, dan
dimanapun.
13. Piranti
misalan atau contohan Contohan atau misalan berfungsi untuk memperjelas suatu
uraian. Contoh: Makanan ringan sangat enak untuk dimakan, umpamanya ciki-ciki.
14. Piranti
keragu-raguan Digunakan untuk mengantarkan bagian yang masih menimbulkan
keraguan. Contoh: Jangan-jangan dia sudah punya pacar.
15. Piranti
konsensi: Memang, tentu saja Contoh: memang aku ini sangat baik.
16. Piranti
tegasan Proposisi yang disebutkan perlu ditegaskan lagi agar dapat segera
dipahami dan diresapi. Contoh: cara belajar mahasiswa Reg A 2010 PBSI
berbeda-beda. Bahkan dirumahpun cara belajarnya berbeda-beda.
17. Piranti
jelasan. Contoh: yang dimaksud wacana adalah satuan terbesar diatas kalimat.
2. Kohesi leksikal artinya
kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
Piranti
kohesi leksikal
a. Reitrasi (pengulangan), jenis ini
meliputi sebagai berikut.
1)
Repetisi
a) Ulangan
penuh, Contoh: sepakbola sangat menyenangkan. Sepakbola mempererat pertemanan
b) Ulangan
dengan bentuk lain, Contoh: filsafat ulangan bentuk lainnya berfilsafat.
c) Ulangan
dengan penggantian, Contoh: lulusan ipa ulangan penggantiannya seorang ilmuan.
2) Ulangan dengan heponim Contoh: ilmuan
berhiponim dengan ahli fisika nuklir.
b.
Kolokasi
Suatu hal
yang selalu berdekatan dengan yang lain biasanya diasosiasikan sebagai satu
kesatuan. Contoh : Pancasila dan UUD 1945
D. Perangkat Koherensi
Istilah
koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang terselubung
disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan ilokusinya dalam membentuk
sebuah wacana. Proposisi-proposisi di dalam suatu wacana dapat membentuk suatu
wacana yang runtut (koheren) meskipun tidak terdapat pemerkah penghubung
kalimat yang di gunakan.
Contoh:
Ayah : Angkat telponnya bu!
Ibu : Lagi tanggung mas.
Komentar
Posting Komentar